Kamis, Januari 15, 2009
Bom Istisyhadiyah Menewaskan 12 Tentara Israel
Para mujahidin dari Brigade al-Aqsha menyatakan bertanggung jawab atas serangan istisyhadiyah yang menewaskan sedikitnya 12 tentara Zionis Israel dan enam tentara lainnya mengalami luka yang cukup serius. Seorang anggota kami, Abdurrahman Bawadi (22 th) melakukan aksi bom istisyhadiyah di sebuah rumah yang sedang dihuni oleh 18 militer Israel di Kota Atatra.
Aksi tersebut menewaskan sedikitnya 12 tentara Israel dan lainnya luka-luka serius," ujar salah seorang juru bicara Brigade al-Qassam sebagaimana dikuti oleh laman islamtoday.
Aksi istisyhadiyah yang telah meluluhlantakkan sebuah rumah milik militer Israel itu sebagai bentuk penolakan atas kekejaman negara teroris terhadap anak-anak tak berdosa di Gaza.
"Ini adalah bentuk penolakan kami atas kekejaman Zionis Israel kepada anak-anak tak berdosa di Gaza," katanya.
Selain 12 tentara teroris Israel yang telah tewas, Brigade Izzuddin al-Qassam juga berhasil membunuh seorang pejabat Israel dan melukai enam tentara lainnya.
"Seorang pejabat Israel telah berhasil kami bunuh dan enam lainnya kami lukai," tuturnya.
Gerakan mujahidin Palestina juga menilai negara dedengkot teroris itu sengaja menyembunyikan kerugian dan korban dari pihak mereka dan melarang berbagai media massa meliput kejadian yang sebenarnya karena takut dengan opini publik.(sabili.com)
Aksi istisyhadiyah yang telah meluluhlantakkan sebuah rumah milik militer Israel itu sebagai bentuk penolakan atas kekejaman negara teroris terhadap anak-anak tak berdosa di Gaza.
"Ini adalah bentuk penolakan kami atas kekejaman Zionis Israel kepada anak-anak tak berdosa di Gaza," katanya.
Selain 12 tentara teroris Israel yang telah tewas, Brigade Izzuddin al-Qassam juga berhasil membunuh seorang pejabat Israel dan melukai enam tentara lainnya.
"Seorang pejabat Israel telah berhasil kami bunuh dan enam lainnya kami lukai," tuturnya.
Gerakan mujahidin Palestina juga menilai negara dedengkot teroris itu sengaja menyembunyikan kerugian dan korban dari pihak mereka dan melarang berbagai media massa meliput kejadian yang sebenarnya karena takut dengan opini publik.(sabili.com)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar